Sabtu, 25 Oktober 2008

MICHELL EKO HARDIAN, SH CALON PEMIMPIN KAL-BAR KEDEPAN


Michell Eko Hardian Panurian Djarop, SH, biasa dipanggil Eko, dilahirkan di Sanggau Kapuas di tanggal 9 September 1973, 36 tahun yang lalu, masa kecil dihabiskan di Menukung Kab. Melawi karena Orang tua bertugas di kecamat menukung, 1975 – 1980.
Keluar masuk hutan dari kampung yang satu ke kampung lainnya merupakan pengalaman sehari-hari, di daerah kecamatan terpencil dan terkadang digendong karena kelelahan.
Karena orang tua yang meneruskan Pendidikan di IIP Jakarta Eko sempat sekolah di Jakarta sampai kelas II SD tahun 1982, kami sekeluarga kembali ke Sintang, Kalimantan Barat dan Eko kecil meneruskan di SD Panca Setya Sintang itupun hanya selama 6 bulan, dikarenakan orang tua ditugaskan ke Ketapang. kelas III s/d tamat SD di SD Usaba kemudian melanjutkan ke SMP Usaba II Ketapang.
Gemblengan yang keras serta disiplin yang tinggi sebagai ciri sekolah Katolik membuat Eko tidak pernah absen dalam mengikuti kegiatan Gereja baik berupa Koor sampai dengan Menjadi Putra Altar (Misdinar), atau pembaca Kitab Suci, bahkan pulang sembahyang hari Minggu latihan seni tari dan teater karena tempat latihannya di Bengkel Seni Nike (BSN) asuhan Frans Suma tepat di belakang Gereja Katolik St. Gema Ketapang, dan hal ini terbawa hingga tamat SMP.
Keinginan yang kuat untuk melatih kemandirian membawa Eko ke Pontianak dan masuk di salah satu SMA swasta favorit di Kota Pontianak, yaitu SMA St. Paulus, namun karena tempat tinggal cukup jauh, sehingga dua kali naik oplet, maka akhirnya di tengah semester pindah ke SMA St. Fransiskus Asisi yang memang menyediakan Asrama untuk tempat tinggal.
Tinggal di Asrama yang penuh kemandirian membuat pergaulan dengan teman-teman yang berasal dari daerah lainnya yang sebagian besar dari daerah Pedalaman membuat membuat Eko mengerti dan menguasai beberapa bahasa Dayak seperti Kanayatn, Krio, Simpang, jangkang dan bahasa Ibanic Group; bahkan liburan tidak pulang ke Ketapang melainkan berlibur di berbagai kampung yang ada di daerah pedalaman Kalimantan Barat, mengikuti teman pulang ke Kampungnya.
Penghobby olahraga bela diri Karate ini juga di sempat beberapa kali menyabet medali baik di tingkat Kota Pontianak maupun Kejuaraan Daerah Kalimantan Barat ketika SMA dan Mahasiswa. Setelah melanjutkan ke Perguruan Tinggi, Eko mulai mengenal dan aktif mengikuti kegiatan berbagai organisasi antara lain ; Pengurus Forum Komunikasi Mahasiswa Pedalaman ( FKMP-KB ) Kalimantan Barat, Ketua Keluarga Mahasiswa Katolik ( KMK ) Universitas Tanjungpura 1995, Anggota Gema Kosgoro Kosgoro Kota Pontianak, Ketua Presidium DPC PMKRI Pontianak, Anggota Departemen Pemuda Majelis Adat Dayak, serta bergabung dengan berbagai elemen pro demokrasi yang ada di Kalimantan Barat. Membidani Forum/Organ-organ Pergerakan seperti :Forum Kapuas ( PMKRI, HMI, PMII, GMNI,GMKI, Himti,HSDN-YAL ), Dewan Aliansi Nasional Pemuda dan Mahasiswa Dayak ( DAN-PMD) Kal-Bar, dan Front Pemuda Penegak Kedaulatan Rakyat (FPPKR) Borneo Kalimantan Barat. Yang sekaligus mengukuhkan diri menjadi Aktivis Mahasiswa dan demonstran yang gigih memperjuangkan kepentingan Masyarakat, Melakukan Pendampingan dan Pemberdayaan Masyarakat. Kontan waktu sang aktivis dihabiskan di “sekolah lingkungan masyarakat”, dengan bergelut sehari-hari dengan masyarakat, dan keluar masuk kampungpun selalu dilakoninya.
PadaTahun 1998 Eko menjadi salah satu pememimpin demontrasi Mahasiswa Kalimantan Barat guna menurunkan Rezim Orde Baru, yang menandai lahirnya Orde Reformasi.
Rajin mengikuti Seminar, Pelatihan dan Lokakarya baik di tingkat Regional, Nasional maupun Internasional di Kalimantan Barat ataupun diluar Kalimantan Barat sebagai upaya memperkaya dan memperluas wawasan. sehingga beberapa kali juga di daulat rekan-rekan aktivis menjadi pembicara dalam berbagai even seminar, Lokakarya, Trainer Latihan Kepemimpinan dan diskusi diskusi.
Keaktifan sebagai aktivis Organisasi membawa Eko menjadi Ketua Komisariat Daerah VII PMKRI Regio Kalimantan Bagian Barat 1998-2000, kemudian hijrah ke Jakarta dan aktiv di Lembaga Pendidikan dan Advokasi HAM Pengurus Pusat PMKRI St. Thomas Aquinas Periode 2000-2002.
Di Jakarta Eko juga aktif di gerakan-gerakan, Mahasiswa bahkan ikut dalam relawan kemanusiaan. Saat Kerusuhan di Sampit Kalimantan tengah Eko bersama teman-teman dari berbagai elemen Aktivis Pemuda dan Mahasiswa membentuk Forum Pemuda-Pemudi Indonesia untuk Kemanusiaan yang sukses menggelar Dialog Damai Antar Pemuda, Mahasiswa Dayak dan Madura guna mendinginkan suasana serta menciptakan suasana damai sesama anak bangsa. di Gedung Sumpah Pemuda, Jakarta.
Aktivitas sosial di berbagai organisasi ini membawa Eko berjalan ke seantero Indonesia sehingga menyebabkan waktunya lebih banyak di luaran, bergaul dengan masyarakat pinggiran, orang-orang tertindas, pekerja-pekerja kasar dan teman-teman aktivis, bahkan kuliahnyapun di Fakultas Ekonomi Universitas Tanjungpura ditinggalkan supaya lebih focus berjuang, Namun hal itu tidaklah membuatnya menyesal karena merupakan pilihan hidup justru “saya merasa berbangga karena tidak semua orang bisa merasakan hidup seperti ini dan kebanggaan ini tidak bisa diukur dengan materi”, apalagi ketika perjuangan bersama masyarakat mampu menyelesaikan dan memberikan solusi, memberikan semangat kehidupan baru bagi mereka baik dalam mengarungi kerasnya kehidupan, penggusuran dan perjuangan mencari sesuap nasi ditengah kerasnya kehidupan.
Kembali ke Kalimantan Barat dan melibatkan diri dalam perjuangan masyarakat dan pergaulan bersama masyarakat Adat di seantero Kal-Bar baik dalam memperjuangkan hak-hak politik, ekonomi, adat serta kebudayaan masyarakat lokal itu sendiri.
Pergumulan dengan persoalan-persoalan kemasyarakatan yang senantiasa menjadi korban kekuasaan membuat Eko selalu berhadapan dengan masalah-masalah hukum baik hukum adat maupun hukum positif, sehingga akhirnya Eko memutuskan melanjutkan lagi kuliahnya yang sempat tertunda ke Fakultas Hukum Universitas Tanjungpura hingga memperoleh gelar Sarjana Hukum.
Karena dasarnya aktivis Mahasiswa, maka idealisme menjadi sebuah roh yang menjadi inspirasi kehidupannya, sehingga semangat untuk memperjuangkan kepentingan rakyat hingga kini masih melekat di hati sanubarinya.
Sulung dari Lima Bersaudara berurutan yaitu ;Michell Eko Hardian, SH; Fransiskus B. Panurian, SH, John Roberto Panurian, S.Sn, Frater Benidictus Agustinus Oryang Panurian, SS. CSE , Andreas Yudhistira Panurian,ST, ini mempersunting Susanti, SH sebagai istri yang bekerja sebagai Direktur BUMD Pemerintah Daerah Kab. Melawi dan memiliki dua orang anak yaitu : Stevent Tuah Pratama Djarop Panurian dan Mariae Thea Callista Putri Panurian.
Wiraswastawan muda yang menjadi anggota CU Puyang Gana ini bersama sang istri sehari-hari melakoni usaha mengelola toko buku, ATK ,Komputer, serta Foto Copy Center Tuah Pratama dan Kontraktor Pengadaan Barang dan Jasa umum melalui beberapa badan usaha miliknya yaitu : CV. Borneo Membangun, CV. Callista, CV. Mayora Jaya Abadi, CV. Tuah Pratama.
Disela-sela kesibukan pekerjaan Eko masih sempat aktiv di organisasi kemasyarakatan seperti Sebagai Sekretaris Ikatan Sarjana Katolik ( ISKA) Basis Melawi, Sebagai Wakil Ketua DPC Pemuda Katolik Kab. Melawi dan Ketua Forum Komunikasi Kamang Tariu Kabupaten Melawi.
Pengagum Yesus Kristus dan Che Guevara ini disela-sela kesibukannya selalu menyempatkan diri membaca koran serta mencari berita dan informasi melalui internet, sehingga tidak pernah ketinggalan berita dan informasi.
Putra Sulung dari Pasangan (Alm) Drs. Edward Djarop Ismady, mantan wakil bupati Ketapang dan Regina Susana ( Paramedis ) ini kini mencoba untuk berbuat sesuatu bagi rakyat melalui jalur Dewan Perwakilan Daerah. Hal ini tentu cukup berdasar mengingat Jiwa aktivis dan Motto Perjuangannya yang mengadopsi motto Che Guevara : Diam atau mundur adalah penghianatan bagi rakyat membuat nurani pejuangnya bergetar dan ingin berbuat sesuatu bagi masyarakat Kalimantan Barat dan Bangsa Indonesia umunya.
Kemiskinan, Pengangguran, keterbatasan infrastruktur penggerak perekonomian, serta persoalan-persoalan sosial kemasyarakatan yang ada dan sehari-hari dirasakan sendiri oleh Eko karena yang memang tinggal, hidup dan bekerja di daerah pedalaman memerlukan sebuah saluran perjuangan. sehingga pada tahun 2008“ Eko mencoba mencalonkan diri sebagai Anggota DPD-RI, alasannya “ karena Dewan Perwakilan Daerah merupakan corong Daerah untuk menyampaikan aspirasi daerah yang selama ini tidak diperhatikan atau tidak kelihatan dan kedengaran oleh Pusat, Buah upaya dan perjuangannya mendapat respon dan dukungan 95.800 suara yang meskipun belum mampu menghantarkannya ke kursi DPD, namun membuatnya masuk dalam 8 besar calon pengganti antar waktu DPD-RI. Pendiri Borneo Freedom Institute ini akan terus berjuang untuk memperjuangkan kepentingan masyarakat Kalimantan Barat melalui cara dan pola hidupnya serta melalui karya-karyanya di tengah masyarakat Kalimantan Barat.

2 komentar:

Unknown mengatakan...

terus maju pak,, perjuangkan niat dan pengabdian mu,demi kemajuan daerah serta masyarakat kalbar,,, sukses pak

MICHELL EKO HARDIAN, SH, MH mengatakan...

Terima kasih bung Uray......Anda adalah saudara saya, karena saya punya motto..."Ketika engkau melihat ketidak adilan dan
Hatimu bergetar maka engkau adalah saudaraku"